Oleh:
Basyar Dikuraisyin
Berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncang dunia.
(Ir. Soekarno).
‘Curhat’ idealisme diatas, bukan sekadar letupan nasional dari sang pemimpin, melainkan lokomotif kebangsaan yang multi-sentris. Pergerakan bangsa tidak pernah terlepas dari upaya dan kerja keras dari kaum mudanya. Segala kreativitas, inovasi, idealisme, dan integritasnya kian kental dalam jiwa-jiwa muda.
Fenomena lahirnya pemimpin muda dibeberapa negara misalnya Kevin Ruud (Australia), JP. Balkenende (Belanda), Jhon Key (PM Selandia Baru), Medvedew (Rusia), Barack Obama(AS) dan Abhisit Vejjajiva yang baru terpilih menjadi PM Thailand adalah tanda-tanda alam yang mengisyaratkan bahwa pelaku perubahan yang sesuai dengan tuntutan zaman adalah pemimpin muda.
Generasi Muda adalah pewaris, penerus cita-cita perjuangan bangsa dan penopang proses pembangunan nasional. Posisi generasi muda dalam masyarakat menempati mata rantai yang paling sentral. Pemuda berperan sebagai pelestari nilai budaya, kejuangan, pelopor dan perintis pembaruan melalui karsa, karya dan dedikasi. Selain itu pemuda juga mempunyai peran dalam menggerakkan pembangunan sekaligus menjadi pelaku aktif dalam proses pembangunan nasional serta berperan dalam memperkokoh Persatuan dan Kesatuan Bangsa (Murgiyanto, 2003).
Sedikit menilik sejarah Indonesia, peran kaum muda kian terasa dalam membawa bangsa ini keluar dari kenistaan para penjajah. Pada 1908, muncul Kebangkitan Nasional, lalu Sumpah Pemuda (1928), Kemerdekaan Republik Indonesia (1945). Kemudian pergerakan pemuda pascakemerdekaan, Peristiwa Malari (1974), dan gerakan Reformasi (1998) yang merupakan sejumlah deretan noktah sejarah pemuda yang menjadi bagian peradaban Indonesia.
Hingga saat ini, peran dari kaum muda sangat dibutuhkan meskipun dengan cara-cara dan permasalahan yang berbeda. Pengaruh kaum muda memang membawa angin segar bagi peradaban dan kemajuan bangsa ini. Di bawah kepemimpinan jiwa-jiwa muda, Indonesia mulai menemukan jati dirinya dengan mampu terbebas dari penjajah masa itu. Namun, pergerakan pascakemerdekaan terus mendidik Indonesia untuk terus dewasa melalui upaya-upaya yang dilakukan kaum muda.
Dengan semangat yang begitu besar sudah selayaknya bangsa yang besar mampu menghargai dan membangun integritasnya dengan melibatkan kaum muda dalam pembangunan nasional. Beranjak dari kontribusi kaum muda dalam membangun bangsa, ada hal penting yang perlu diperhatikan bahwa kepemimpinan kaum muda yang spektakuler tidak semata-mata timbul dari dirinya.
Dalam menanggapi perubahan dunia, kaum muda sebagai calon pemegang tampuk kepemimpinan juga mesti memperhatikan pendapat Rossabeth Moss Kanter (1994) yang mengemukakan bahwa masa depan akan didominasi oleh nilai-nilai dan pemikiran cosmopolitan, dan karenanya setiap pelakunya, termasuk pelaku bisnis dan politik dituntut memiliki 4 C, yaitu concept, competence, connection, dan confidence.
Akhirnya, bangsa yang besar adalah bangsa yang berani memasrahkan diri untuk dipimpin oleh kaum muda. Secara mafhum mukholafah, jangan pernah bermimpi merenggut nation of is the best, jika krisis kepemimpinan muda merambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar